Weda Halmahera: PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) kebut pengembangan Kawasan Industri Terpadu berbasis nikel kelas dunia di Lelilef, Weda, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Seiring dengan ini, IWIP menargetkan segera membangun pabrik komponen baterai kendaraan listrik.
Sejatinya, Kawasan Industri Weda Bay merupakan kawasan industri pertama terintegrasi di Indonesia yang memang diperuntukkan untuk memfasilitasi proses pengolahan mineral dan produksi komponen baterai kendaraan listrik. Untuk mendukung rencana ini, pihaknya menyiapkan dana investasi senilai US$ 15 miliar hingga 2024 mendatang.
Kawasan industri terpadu pengolahan logam berat ini merupakan salah satu dari Proyek Prioritas Nasional yang masuk dalam RPJMN 2020-2024 serta ditetapkan menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).
Erry Kurniawan selaku General Manager Communication, CSR & Environment PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) memaparkan, proyek ini telah dimulai pada 2019 dan hingga saat ini investasi yang telah direalisasikan senilai US$ 11 miliar dari rencana US$ 15 miliar hingga 2024 nanti.
Baca Juga: Begini Kelanjutan Kerja Sama TBS Energi Utama (TOBA) dan Gojek di Kendaraan Listrik.
“Investasi yang dilakukan pada tahun ini memasuki fase ketiga dari pengembangan, jika melihat realisasinya, perkembangan pembangunan bisa dikatakan sangat cepat,” jelasnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (9/6).
Investasi yang telah terealisasi saat ini diakui Erry sebagian besar untuk aset produksi. Maklum, sebagai pengelola kawasan industri, IWIP menyediakan infrastruktur utama seperti smelter nikel, converter, pabrik hidrometalurgi, dan infrastruktur penunjang seperti akses jalan, pelabuhan, bandara, pembangkit listrik, akomodasi, dan lainnya untuk memfasilitasi kegiatan industri para tenant.
Menurut data dari manajemen IWIP, saat ini pihaknya telah mengoperasikan 30 smelter dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan total produksi 300.000 ton nikel pertahun.
Erry mengatakan, smelter tersebut sudah beroperasi 100% dan hasilnya diekspor ke berbagai negara seperti Eropa dan China. Dia mengklaim bahwa produksi nikel di IWIP berbeda dengan smelter kebanyakan di Indonesia.
Di Kawasan Industri Weda Bay, IWIP membangun smelter yang memproduksi nikel bernilai tambah (value added). Berbeda dengan smelter lainnya, yang kebanyakan hanya mengolah nikel menjadi pig iron dan langsung diekspor.
Baca Juga: Industri Kabel Tertekan Kenaikan Harga Bahan Baku
“Kami mendorong produk-produk turunan yang lebih jauh misalnya saja carbon steel, stainles steel hingga nanti akan jauh lagi menjadi baterai kendaraan listrik,” kata Erry.
Nantinya, hasil produksi baterai ini tidak hanya diekspor, tetapi juga akan digunakan untuk konsumsi di dalam negeri.
Saat ini tenant yang sudah aktif beroperasi di IWIP lebih banyak dari industri nikel dan sebagian mengolah komoditas timah. Adapun tenant terdiri dari lokal dan beberapa dari luar negeri. Erry bilang, pada awalnya memang banyak tenant dari China, kemudian Prancis. Namun saat ini dengan semakin berkembangnya industri nikel, tenant lokal juga ikut ambil bagian.
Untuk industri baterai sendiri dari sisi perizinan sudah siap. Proyeksinya, mungkin dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun kami sudah membangun pabrik baterai. Yang penting bahan bakunya. Kami tidak hanya memproses dengan smelter biasa tapi kami dorong menjadi produk jadi,” tegasnya.
Di samping proses pembangunan yang cepat, Erry mengatakan, kebangkitan tenaga kerja di IWIP cukup luar biasa. Hal ini terbukti sampai dengan Maret 2022, total penyerapan tenaga kerja sudah mencapai 29.800 orang. Perinciannya, 28.000 tenaga kerja Indonesia dan 1.800 tenaga kerja asing.
Asal daerah tenaga kerja lokal tersebut sebanyak 50% dari wilayah Lingkar Tambang, 25% dari Maluku Utara, diikuti dari Halmahera Tengah sebanyak 12%, dan sisanya dari Halmahera Timur, Nasional, dan Indonesia Timur lainnya. (Sumber :Kontan.Co.id/ Editor: Man)
Posting Komentar